Siapa yang masih memiliki orangtua yang masih hidup?
Alhamdulillah saya salah satunya. Papa dan mama insyaAllah masih sehat wal'afiat. Penyakit-penyakit kecil yang disebabkan organ tubuh yang sudah digunakan selama lebih dari setengah abad dan mulai aus terkadang muncul. Namun untuk usia seperti mereka, masih bisa dibilang cukup terjaga dari segi kesehatan.
Selain karena rutin olahraga, mungkin juga karena keduanya tidak memiliki riwayat penyakit turunan seperti diabetes, kolesterol dan hipertensi. Saat ini pola makan mereka cukup baik. Tapi kalo lagi pengen sesuatu dan ketemu makanan yang cocok di lidah, ya tetap bisa tambah porsi nasi sampai dua kali. Kalo ini menurun ke saya tentunya yang suka kalap kalo lagi makan enak, hehe..
Saya dan kedua adik saya perempuan. Otomatis ada saatnya kami semua harus berpisah rumah dengan orangtua kami. Saya sendiri sudah merasakannya sejak hampir sebelas tahun yang lalu. Awalnya agak sedih sih karena walaupun saya sudah merantau sejak SMA, mama masih selalu memperhatikan dan cerewet tentang hal-hal kecil seperti sudah makan atau belum, lagi sakit atau nggak, atau perhatian lainnya. Saat menikah saya pikir kecerewetan itu sudah berakhir dan digantikan oleh cerewetnya suami.
Ternyata tidak. Tidak sedikit pun perhatian itu berkurang. Tetap aja pertanyaan seperti waktu saya belum menikah muncul setiap kali menelepon si mama. Padahal jarak rumah kami pernah cuma satu kilometer. Tinggal suruh saya datang atau mama papa yang datang ke rumah.
Itu bentuk perhatian mama. Lalu papa?
Papa jarang dekat dengan kami karena kesibukannya. Tapi setiap perkembangan kami anaknya selalu ditanyakan ke mama. Tak jarang saat melihat kami sedih, papa juga ikutan nangis walaupun nggak di depan kami. Atau waktu ngeliat kami wisuda, bisa mbrebes mili dia kata mama. Ternyata di balik mukanya yang sangar atau ngomongnya yang kadang bikin sebel, ada jiwa melow karena anak-anaknya.
Sejak dulu cukup banyak pengorbanan yang dilakukan papa mama. Papa yang rela mengawal truk pengangkut sapi ke Aceh, mengawal angkutan karet yang bau, kerja hingga pelosok kampung demi membawa uang yang insyaAllah halal untuk keluarga.
Mama yang adalah ibu rumah tangga mencoba membantu papa dengan jadi "ojek" untuk kami anak-anaknya. Aktivitas antar jemput kami sudah dilakoni sejak kami kecil. Segala kegiatan kami baik di sekolah maupun les selalu dikontrol. Karena menurut mama punya tiga anak perempuan harus selalu tarik ulur pengawasannya. Masih jelas di ingatan saat mama menjemput saya sepulang les dengan menggunakan motor GL Pro jaman dulu dan celana pendek. Dulu saya sempat malu, tapi sekarang ada sisi bangga yang bisa saya dapat dari hal itu.
Masih ada satu orangtua lagi yang harus saya hormati dan saya jaga perasaannya. Mertua perempuan (saya panggil bou) yang telah melahirkan dan mendidik suami saya hingga bisa bersama saya saat ini. Begitu hebat beliau dalam menjaga dan mengusahakan pendidikan anak-anaknya walaupun tinggal di daerah yang cukup jauh dari kota.
Sekarang....
Saya pelan-pelan memahami sikap papa, mama dan bou saat saya sudah menjadi orangtua. Saya mencoba flashback betapa baik Allah memberikan orangtua yang perhatian pada saya. Apalagi bou yang sedikit banyak pasti punya rasa cemburu saat anak laki-lakinya dekat dengan saya walau istrinya. Ini saatnya saya mencoba membuat mereka bahagia.
Membuat bahagia mereka nggak harus dengan memberikan barang mewah. Sering menelepon, menemani mereka saat harus ke dokter, datang dan menginap bersama anak-anak di rumah mereka, makan bersama, menemani mereka silaturahmi ke kerabat, dan hal-hal kecil lainnya sudah cukup membuat mereka bahagia.
Mungkin bahasa tiap orangtua berbeda sesuai dengan karakter masing-masing. Sebagai anak saya lah yang harus mencoba memahaminya. Saat mereka berkata tidak atau jangan, bisa jadi di hati nya ingin sekali dibantu anak tercinta. Ada hal-hal yang harus saya sempatkan untuk menemani orangtua walaupun mungkin sedikit mengganggu aktivitas pekerjaan saya.
Kok saya tiba-tiba jadi pengen menulis tentang orangtua?
Ini gara-gara di grup komunitas yang saya ikuti pada heboh membahas tentang orangtua masing-masing. Ada yang harus menjaga mamaknya yang sedang sakit, ada yang harus tinggal menemani orangtua yang sakit walaupun sudah menikah, ada yang orangtuanya sakit namun nggak bisa menjaga karena jauh bersama suami yang dinas di luar kota, ada juga yang ingin berbakti ke orangtua tapi malah orangtuanya nggak ada lagi di dunia.
Masing-masing berusaha untuk bersyukur dengan kondisi yang dialami. Bisa berbakti dan membahagiakan orangtua di saat masih hidup adalah kebahagiaan tersendiri. Padahal cuma membersihkan kotoran, memberi obat atau memasang pampers yang bagi sebagian orang dirasa menjijikkan. Tapi tetap beda rasa bahagianya dibandingkan dengan jalan-jalan dengan teman atau S2 S3 hingga ke luar negeri.
Di tempat lain, mungkin ada orangtua yang malah berharap anaknya cepat mati karena merasa diacuhkan. Atau ada orangtua yang dimaki-maki sendirian di jalanan tanpa anak disampingnya. Atau orangtua yang ingin bersama anaknya namun sang anak sedang nun jauh di sana mengejar karir dan impian.
Lalu saya berpikir, anak seperti apa yang dikatakan sukses? Yang memiliki materi berlimpah, berkarir hingga ke luar negeri namun minim ilmu agama, atau yang memiliki materi secukupnya namun ilmu agamanya mumpuni untuk paham arti kehidupan?
Orangtua seperti apa yang dinilai sukses dalam mendidik anak-anaknya? Yang bisa mengantarkan anak menjadi orang yang berlimpah materi namun minim ilmu agama atau yang memiliki materi secukupnya namun ilmu agamanya mumpuni untuk paham arti kehidupan?
Pengennya yang materi berlimpah, rajin sedekah, dan ilmu agamanya oke dong..
Itu juga saya mau, hahaha...
Saya yakin masing-masing punya pendapat. Karena tiap orang punya cerita yang berbeda. Banyak juga kok anak yang jauh dari orangtua namun tetap membawa serta orangtuanya dalam setiap doa.
Saya pribadi ingin menjadi anak yang berbakti dan ada di dekat orangtua hingga mereka di ujung usia. Semoga Allah memudahkan saya untuk membahagiakan mereka walaupun dengan cara sederhana. Kalo bisa membawa mereka ke tanah suci bersama sih, amin..
Ini cerita orangtua saya. Ada yang mau share cerita tentang orangtua kalian juga? Karena dengan mengingat kebaikan mereka adalah salah satu jalan memperoleh kebaikan untuk hidup kita.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
"Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku (Ibu dan Bapakku), sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil"
No comments
Post a Comment